Palembang (22/04/2025),Salam Fushpi Semakin Melesat- Komitmen Program Studi Magister Ilmu Al-Quran dan Tafsir (MIQAT) dalam memperkuat kajian Al-Quran berbasis kearifan lokal kembali terlihat pada acara Yudisium Sarjana ke-37 dan Magister ke-16 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Selasa (22/4/2025). Dalam momentum ini, Prodi MIQAT kembali meluluskan empat magister, dua di antaranya fokus pada kajian Tafsir Melayu Nusantara sebagai salah satu upaya memperkuat distingsi kampus UIN Raden Fatah Palembang sebagai pusat pengembangan peradaban Melayu Nusantara.
Kajian Tafsir Melayu Nusantara menjadi unggulan Prodi MIQAT yang membedakannya dari program sejenis di perguruan tinggi lain di Indonesia. “Ini adalah bentuk komitmen kami untuk mengangkat khazanah intelektual lokal sebagai bagian dari penguatan identitas akademik UIN Raden Fatah,” tegas Dr. Lukman Nul Hakim, M.A, Ketua Prodi MIQAT, pada selasa (22/5).
Dua penelitian yang menjadi sorotan adalah tesis Hidayatan Qibtiya berjudul Tafsir Surah Al-Fatihah dalam Manuskrip Nusantara: Studi Terhadap Naskah Muzakirah Tafsir Ayat Al-Ahkam Karya Fakhrurrazi (Seribandung). Penelitian ini mengungkap nilai historis dan metodologi penafsiran dalam manuskrip kuno asal Sumatera Selatan. Sementara itu, Maksudi Bilkhoiri menganalisis resolusi konflik rumah tangga melalui perspektif Tafsir Jawa dalam karya Resolusi Konflik Rumah Tangga Menurut Tafsir Jawa (Studi Komparatif Antara Tafsir Al-Ibriz dan Tafsir Al-Iklil).
“Kedua penelitian ini tidak hanya memperkaya khazanah keilmuan tafsir, tetapi juga menjadi bukti bahwa warisan Nusantara memiliki relevansi kuat dengan problematika kontemporer,” tambah Lukman.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Prof. Dr. Hj. Uswatun Hasanah, M.Ag, menegaskan bahwa lulusan MIQAT diharapkan menjadi pionir dalam mengintegrasikan kajian Al-Quran dengan kearifan lokal. “Ini langkah strategis untuk menjawab tantangan global tanpa kehilangan akar budaya,” ujarnya.
Keberhasilan Prodi MIQAT ini diharapkan bisa mengukuhkan posisi UIN Raden Fatah sebagai pusat kajian Tafsir berbasis Nusantara, sekaligus mendorong literasi keislaman yang kontekstual di tengah masyarakat.[] (ASH)